Kamis, 02 Desember 2010

Sesejuk Rindu PSI 3 (part 2)

Akhirnya kabar itu datang, lewat sms manis mbak kaput yang mengabarkan kelulusanku. Episode selanjutnya adalah perjalananku mengupas detik PSI 3…

Malam Sabtu at SDIT Al-Uswah, materi pertama cukup membuatku keki dengan gaya bicara dan sapaan mbak pemateri. Logat makassar yang mengalir melalui tiap katanya mengingatkanku pada sosok inspirator yang beberapa tahun lalu menuntunku untuk terus bersyukur atas nikmatNya. Sapaan yang ia lontarkan pada peserta justru membuatku geli ,”Ustadzah, silahkan baca surat … ayat …”. Dengan ilmu agama yang baru seujung kuku, pantaskah aku menerima sebutan itu?

Sabtu pagi, masih di SDIT. Syahdu kudengar alunan dzikir ma’tsurat yang mengiringi sang surya merangkak meninggalkan peraduannya. Dilanjutkan taujih singkat dari beberapa peserta yang mengupas essai masing-masing. Asupan ruhiyah udah cukup, step to the next charger. Berbekal ilmu senam yang terbatas, peserta PSI 3 siap mengguncang bumi SDIT dengan berbagai gaya gerak badan. Panitia tak kurang akal, demi menumbuhkan semangat dan inspirasi peserta, maka music pengiringpun diolah sedemikian rupa hingga mampu meluluhlantakkan tiap persendian, memeras habis tetes keringat, dan menyisakan tawa berderai yang memicu senyum mentari di pagi hari. Dia menjadi saksi, seberkas cahaya ukhuwah telah terpancar.

Materi demi materi berlalu dengan iringan semangat dan antusiasme PSIer. Momen itu menjadi saat paling berarti dalam pembentukan pemahaman dan perasaan terikat pada dakwah kampus. Di situlah kami mendapat gambaran kondisi dakwah kampus saat ini. Dari berbagai pergerakan yang muncul, makna dan tindakan yang harus diambil sampai cara untuk menganalisa posisi organisasi dakwah Islam tertinggi di ITS, JMMI, dalam matriks TOWS.

Satu hal yang menarik dari serangkaian kegiatan ini adalah ditegakkannya kedisiplinan, baik peserta maupun panitia. Tercatat delapan orang akhwat yang dinyatakan bermasalah dalam kedisiplinan dan terpaksa harus menghadap komdis. Bukan hal yang aneh sebenarnya kalo kita menerima hukuman atas pelanggaran yang dilakukan. Tapi lucunya, mengangkat nama ukhuwah dan kepedulian, hukuman fisik yang terbagi tidak rata untuk masing-masing terdakwa secara bijaksana dapat kita sama ratakan. Yah, total 75 banding itu akhirnya dibagi rata. Masing-masing orang 10 banding dengan kelebihan nominal sebagai tabungan untuk hukuman selanjutnya.

Kami menyambut senja dengan sebuah simulasi sederhana yang memposisikan kami sebagai AHWA JMMI. Tiga kelompok dibentuk dengan konten lengkap, ikhwan akhwat. Sock, kata itu yang pertama memenuhi relung hatiku mendengar nama-nama kelompokku. Tiga akhwat termasuk diriku harus bekerjasama dengan empat orang dari golongan Adam. Aku membayangkan diriku berada di sebuah kastil negeri dongeng dengan dua orang putri yang begitu lembut dan kalem. Sementara diriku adalah si pendongeng yang tak henti mengoceh menyampaikan kisahnya. Bukan hanya itu, empat ikhwan yang menjadi lawan main kami bahkan belum kukenal sama sekali.

Hampir aku kehilangan semangat hidup dan berniat mengakhirinya dengan makan gimbal tempe sebanyak-banyaknya (gak nyambung,,). Beruntung salah satu putri itu berkata, “Anti nggak kenal mereka sama sekali ta, Ukh? Itu loh SC-SC GMAIL..”.

Nah lo, maksudnya apa nih. Masak aku harus ikut-ikutan reuniannya anak-anak GMAIL sementara aku masih punya keluarga rimba (SC RDK,hehe,,). Kekhawatiranku tak terbukti, ternyata kerjasama kami berlangsung lancar meskipun tanpa melalui proses ta’aruf (??). Syuro perdana sore itu dihadiri tiga ikhwan dan tiga akhwat. Ngenes, nggak satupun dari peserta syuro yang pernah mengenyam bangku LKMM TM. Padahal tugas yang diberikan adalah menganalisa kondisi JMMI dan mencari strategi untuk menyempurnakan kekurangannya. Namun itu tidak membuat kami putus asa, dengan keterbatasan pengetahuan kami mencoba menganalisa kondisi JMMI menurut kacamata masing-masing. Sayangnya hanya beberapa orang saja anggota kelompokku yang pake kacamata. Nggak ada hubungannya sih sebenerE, pake kacamata atau nggak. Intinya kita coba melakukan yang terbaik meskipun harus berada dalam tekanan salah satu ikhwan yang ribut minta cepet mandi, baru kali ini aku menemukan ikhwan yang pengen syuro segera berakhir dengan alasan pengen mandi, subhanallah,,,

Syuro diakhiri dengan penugasan agar seluruh anggota berguru pada teman-teman alumni LKMM TM mengenai cara pembuatan matriks TOWS. Dengan legowo teman-teman akhwat menerima tugas tambahan untuk membuat desain powerpoint yang akhirnya membuat mataku terjaga hingga lewat tengah malam.

Malem mingguku kali ini benar-benar berbeda. Akhirnya aku bisa memahami mengapa banyak remaja suka datang ke diskotik dan tempat-tempat sejenisnya hanya untuk sekedar berajep-ajep. Waktu itu sekitar pukul setengah sepuluh malam, keletihan yang membekas setelah mengikuti rangkaian kegiatan hari itu nampak jelas di mata PSIer. Sebenarnya kita bisa dengan leluasa mengistirahatkan diri jika saja tidak ada deadline tugas yang menunggu keesokan harinya. Dengan mata kuyu dan tak bertenaga, aku dan PSIer lainnya menghampiri mbak-mbak PH yang sudah siap di depan layar laptop. Seberkas senyum tersungging, diikuti jajaran kata yang membuat kami sedikit kelabakan. “Oke, biar nggak ngantuk kita senam malem yah!!”.

Gubrak!!

Nggak tau apa kalo seluruh badan kita dah ngilu-ngilu. Tapi, ada benarnya juga sih. Cuma gerak badan yang membuat mata jadi enggan merengek-rengek minta merem. Kami sepakat. Sebuah lagu dengan ritme menghentak-hentak dilantunkan, memaksa kami untuk menggerakkan seluruh badan. 1, 2, 3…selama beberapa menit kami terbawa alunan musik yang kemudian memulihkan otot-otot yang sedari tadi tegang. Yaps, kami akhirnya siap berkelut dengan tugas masing-masing.

Waktu menunjukkan hampir jam sebelas malam. Tampilan power pointku belum sempurna. Kutoleh dua putri yang menemani perjalananku, mereka sudah terlelap dalam bingkai mimpi. Tekadku sudah bulat, PPTku harus selesai malam ini juga. Masih ada tiga akhwat lain yang terjaga. Mereka juga sibuk dengan tugas kelompok masing-masing. Bedanya, mereka tengah membahas AKO RPO, sementara aku dengan data kosong berencana menarik perhatian peserta dengan tampilan powerpoint yang wah.

Nelongso aku mendengar obrolan mereka yang notabennya alumni LKMM TM. Diskusi panjang mereka terdengar berbobot, “Eh, kita bikin fishbone dulu yah. Kelompokmu udah nyampe mana?”

Yang ditanya menjawab, “Baru bikin tulang aja, belum sampek durinya.”

Aku melongo, di benakku tergambar sebuah kepala ikan diikuti tulang-tulang lurus yang makin mengecil mendekati ekor. Mirip gambar yang biasanya ada di kaos-kaos distro. Pikiranku semakin kalut. Tulang? Duri? Perasaan nggak ada bagian-bagian itu di tugas kelompokku. Dilingkupi perasaan minder yang teramat sangat, aku berdoa agar Yang Maha Kuasa memberikan sedikit petunjukNya pada kami. Minimal tidak membuat kami terlihat cupu dan memalukan. Kuakhiri hari yang melelahkan ini dengan sebuah doa di penghujung pukul satu dini hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar