Kamis, 02 Desember 2010

Sesejuk Rindu PSI 3 (part 1)

PSI 3 baru saja berlalu, namun kenangan demi kenangan masih saja hilir mudik di kepalaku, menyentuh dasar hatiku, menumbuhkan bunga tidurku, mempermainkan pikiranku hingga tak sedetikpun waktu kujalani tanpa senyum bahagia yang mengharu-biru. Bismillah, kubuka catatan ini dengan sebait kata lebay yang begitu saja menuntun tanganku memencet beberapa tombol keyboard. Berharap ada keseriusan yang terpancar dari tiap untaian kata,,,

Dimulai dengan masa screening yang membuatku harus mengelap peluh berulang kali, mengusap lembut bulir bening yang muncul di sudut mataku. Bukan karena saking angelE, bukan pula saking nderdegE apalagi saking seremE para screener. Justru peluh dan air mata itu menjadi bukti bahwa screening GeJe lebih efektif (hehehe,,,). Aku ingat betul, masa itu dibagi menjadi tiga sesi. Sesi ghibah, sesi toefl bahasa arab, dan sesi ramah tamah (baca : sesi kelembagaan, sesi tahfidz dan tahsin, dan sesi tsaqofah Islamiyah).

Aku punya alasan sendiri memberikan nama itu untuk tiap sesi. Pertama, sesi ghibah. Dibuka dengan bismillah dan diakhiri Alhamdulillah, bukan itu sih alasannya. Sesi ini mengantarkanku untuk berargumen mengenai organisasi dakwah kampu ITS, khususnya JMMI (Jamaah Masjid Manarul Ilmi). Bukan Miel namanya kalo bisa over serius memberikan pendapat apalagi screenernya budhe waDiq BPM (pisss,budz…). Alhasil sesi ini sukses menjadi forum ghibah yang luar biasa. Eits,jangan su’udzon dulu. insyaAllah kami sudah professional dalam berghibah (nah lo??). Alhamdulillah, topik ghibah kami hanya terbatas pada kondisi dakwah kampus saat ini, khususnya yang berkaitan dengan sepak terjang JMMI di kancah nasional, kejauhan, di ITS dan sekitar maksudnya. Sesi ini berakhir dengan masalah mukenah kucel yang kurang mendapat perhatian pengurus.

Sesi kedua, toefl bahasa arab. Seharusnya sesi ini menjadi saat paling syahdu dan menyentuh hati. Di mana akan mengalun ayat-ayat cinta yang menggetarkan. Namun, keterbatasanku membuat sang screener harus mampu mencari cara lain untuk memaksaku buka mulut. Muraja’ahku kacau, hafalan yang hanya sepertiga puluh dari Al-Qur’an itu menguap begitu saja. Menyisakan potongan ayat-ayat yang tak mampu kurangkai dalam urutan yang benar. Beruntung Bulek KD (screener saat itu) cukup cerdas untuk membantuku menemukan kata demi kata yang kemudian kurangkai menjadi ayatNya. Yah, sesi ini lantas berganti menjadi forum transletting, dari bahasa Indonesia ke bahasa Arab. Dengan sabar bulek mendikteku dengan kata-kata dalam bahasa Indonesia yang lantas kuterjemahkan dalam bahasa arab (dibantu ilmu nahwu-shorof yang juga hampir kedelete). Menurut perkiraanku, minimal ada nilai C tertulis di rapor screeningku.

Sesi ketiga, ramah tamah. Sesi ini yang paling seru. Dipandu Cing Syika yang entah kesambet setan apa sehingga berubah menjadi sosok dermawan nan menawan (maksudE??). Berdasarkan pengalaman banyak peserta ujian yang menyogok pengujinya untuk mendapat kelulusan. Tapi ternyata hal itu nggak berlaku di screening PSI 3. Aku yang lemah dan tak berdaya ini begitu beruntung diuji oleh screener berhati malaikat. Dengan senyumnya yang khas, beliau merogoh tas dan mengeluarkan sesuatu yang terbungkus selembar kertas. “Kita screeningnya nyantai aja yah,,,” katanya sambil membuka bungkusan itu. Zat padat warna coklat menyeruak, mengeluarkan aroma yang membuatku tak tahan lagi untuk tidak menyantapnya. Sesi ini berlangsung damai.

Beberapa hari kulalui dalam kegelisahan. Menunggu hasil screening yang tak kunjung tiba. Pikiranku buntu, tak mampu menyerap informasi apapun. Mulutku terus terkatub, tak mampu menerima apapun meski hanya setetes air dan sebutir nasi. Tiap malam aku terjaga, mengingat kembali masa screening yang membuatku enggan memejamkan mata. Hariku hampa, senyum pudar yang nampak dari wajahku bahkan turut mengundang simpati keluarga kucing yang menghuni blok D asrama ITS. Mereka terus mengeong, menghiburku dengan tingkah lucu mereka. Namun semua sia-sia, aku tetap terpuruk dalam penantian. (PERHATIAN, kisah dalam paragraf ini hanya fiktif belaka, hehe)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar